Al-Wafi; Imam Nawawi; Dieb al-Bugha Abul Abbas Sahl bin Sa’d as-Sa’idi ra. berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai Rasulallah, tunjukkan padaku suatu amalan yang apabila kulakukan aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia.” Rasululullah saw. bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, pasti Allah mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang di tangan manusia, pasti manusia pun mencintaimu.” HR Ibnu Majah dan yang lain, hadits ini hasan URGENSI HADITS Hadits ini berisikan dua pesan Nabi saw. yang sangat penting. – Pertama zuhud terhadap dunia dan bahwa zuhud merupakan faktor penyebab kecintaan Allah terhadap hamba-Nya. – Zuhud terhadap apa-apa yang dimiliki orang lain. Ini merupakan penyebab untuk mendapatkan kasih sayang dan penghormatan dari orang lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang muslim tidak akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kecuali jika ia mendapatkan cinta Allah dan kasih sayang sesama manusia. Cinta Allah dapat diraih dengan mengutamakan kepentingan akhirat daripada kepentingan dunia. Sedangkan kasih sayang sesama manusia dapat diraih dengan tidak serakah ingin memiliki harta dunia yang dimiliki orang lain, dan lebih mengutamakan amal shalih. Karena amal shalih akan lebih bermanfaat bagi akhiratnya. Karena itulah, Ibnu Hajar al-Haitamy berkata, “Hadits ini adalah satu dari empat hadits yang menjadi siklus ajaran Islam.” KANDUNGAN HADITS 1. Pengertian Zuhud Ada banyak definisi yang diberikan oleh Shalafush shalih terhadap zuhud. Namun semuanya bermaura kepada sebuah definisi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Abu Idris al-Khaulani ra. berkata, “Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah lebih meyakini keberadaan yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Jika ditimpa musibah, maka kita lebih berharap untuk mendapatkan pahala.” Jadi pada dasarnya, zuhud bisa disimpulkan dalam tiga hal. Ketiganya adalah amalan hati. Karena itulah, Abu Sulaiman ad-Darany berkata, “Janganlah kamu bersaksi bahwa seseorang itu orang yang zuhud, karena zuhud tempatnya di hati.” Tiga hal tersebut adalah a. Lebih meyakini keberadaan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan. Sikap seperti ini lahir dari keyakinan yang benar dan tertanam sangat kuat bahwa Allah swt. akan dan selalu menjamin rizky hamba-Nya. Firman Allah “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkynya.” Huud 6 “Dan di langit terdapat [sebab-sebab] rezekinya.” adz-Dzaariyaat 22 b. Jika seseorang mendapatkan musibah dalam urusan dunia, misalnya hilangnya harta benda, meninggalnya anak, maka ia lebih berharap akan mendapatkan pahala atas musibah tersebut, daripada meraung-raung seraya meminta agar musibah tersebut tidak terjadi. Sikap seperti ini hanya bisa ditumbuhkan oleh keimanan yang sempurna. Sikap ini menunjukkan betapa seseorang menganggap dunia adalah sesuatu yang remeh. Ibnu Umar ra. berkata, dalam doanya Rasulullah saw. menyebutkan, “Ya Allah, berikanlah kepada kami, rasa takut kepada-Mu yang bisa menyampaikan kami kepada surga-Mu dan keyakinan yang bisa menjadikan kami menganggap remeh berbagai musibah duniawi.” c. Baik pujian maupun cercaan tidak mempengaruhinya dalam berpegang teguh pada kebenaran. Ini adalah merupakan tanda sikap zuhud terhadap dunia. Ibnu Mas’ud berkata, “Yakin adalah tidak mengharapkan keridlaan manusia dengan cara yang membuat Allah murka.” Berikut beberapa ungkapan para ulama seputar zuhud Hasan al-Basri berkata, “Seorang yang zuhud adalah jika ia melihat orang lain ia berkata Ia lebih baik dariku.’” Wahb bin al-Ward berkata, “Zuhud adalah hendaknya kamu tidak sedik ketika kehilangan dunia dan tidak bangga ketika mendapatkannya.” Az-Zuhri berkata, ketika ditanya tentang zuhud, “Tidak tergoda oleh yang haram, dan tidak tertipu oleh yang halal.” Sufyan bin Uyainah berkata, “Seseorang yang zuhud adalah jika mendapat nikmat ia bersyukur, dan jika ditimpa musibah ia sabar.” Rabi’ah berkata, “Zuhud yang paling utama adalah mengumpulkan sesuatu yang benar dan meletakkannya dengan benar.” Suyan ats-Tsauri berkata, “Zuhud adalah pendek angan-angan. Bukan dengan memakan makanan yang tidak enak dan mengenakan pakaian yang jelek.” Imam Ahmad berkata, “Zuhud adalah pendek angan-angan dan tidak serakah terhadap harta yang dimiliki orang lain.” 2. Macam-macam Zuhud. Menurut sebagian salafush Shalih, zuhud ada tiga a. Zuhud terhadap kemusyrikan b. Zuhud terhadap perkara-perkara yang dilarang c. Zuhud terhadap perkara-perkara yang diperbolehkan. Dua macam zuhud pertama adalah wajib, sedangkan yang ketiga bukanlah yang wajib. Ibnul Mubarak berkata, bahwa Ma’la bin Abi Muthi’ berkata, “Zuhud ada tiga bentuk a. Segala perbuatan atau ucapan hanya karena Allah, dan bukan untuk mendaptkan keuntungan duniawi. b. Hanya membatasi diri pada hal-hal yang bermanfaat. c. Zuhud terhadap hal-hal yang halal. Ini hanya sebatas anjuran. Ibrahim bin Adham berkata, “Zuhud ada tiga jenis zuhud wajib, zuhud keutamaan, dan zuhud keselamatan. Zuhud wajib adalah zuhud terhadap hal-hal yang dilarang. Zuhud keutamaan adalah zuhud terhadap hal-hal yang dibolehkan. Sedangkan zuhud keselamatan adalah zuhud terhadap hal-hal yang syubhat.” Imam Ahmad Ahmad berkata, “Zuhud ada tiga bentuk a. Meninggalkan yang dilarang. Ini adalah zuhudnya orang-orang awam b. Meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan akan tetapi melebihi kebutuhan. Ini adalah zuhudnya khowash orang-orang khusus c. Meninggalkan hal-hal yang memalingkan dari mengingat Allah. Ini adalah zuhudnya arifin orang-orang yang memahami ajaran Islam dengan sempurna 3. Langkah-langkah untuk meraih sifat zuhud. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang muslim, untuk meraih sifat zuhud. Diantaranya a. Memikirkan kehidupan akhirat dan hari perhitungan. Dengan begitu ia dapat mengalahkan godaan syetan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak tergoda oleh gemerlapnya dunia yang sementara. Diriwayatkan bahwa Haritsah ra. berkata kepada Rasulullah saw., “Pagi ini saya menjadi orang mukmin yang sebenarnya.” Beliau berkata kepadanya “Seorang mukmin yang benar itu memiliki hakekat. Lantas apa hakekat dari keimananmu?” ia menjawab “Saya jauhkan diriku dari dunia, hingga di mataku batu dan permata tampak sama. Saya seakan-akan melihat singgasana Tuhanku tampak nyata. Saya seakan-akan melihat penduduk surga bersenang-senang di dalam surga, dan penduduk neraka disiksa di dalam neraka.” beliau berkata, “Hai Haritsah, kamu telah mengetahuinya. Karena itu, tetaplah seperti itu.” b. Menumbuhkan perasaan bahwa kenikmatan dunia dapat memalingkan hati dari dzikir kepada Allah, dan dapat mengurangi derajat di sisi-Nya. Juga dapat memperlambat proses hisab, karena akan ditanya tentang bagaimana ia mensyukuri nikmat tersebut. Firman Allah “Kemudian kamu pasti akan ditanya, pada hari itu, tentang kenikmatan [yang kamu megah-megahan di dunia].” at-Takaatsur 8 c. Memahami sepenuhnya bahwa dunia adalah perkara yang tidak ada harganya dan akan cepat sirna jika dibanding dengan apa yang ada di sisi Allah. “Seandainya dunia ini, di sisi Allah, sebanding dengan sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum orang kafir, walau seteguk air.” d. Selalu menghadirkan perasaan bahwa dunia adalah terkutuk. Rasulullah bersabda, “Dunia adalah terkutuk dan terkutuk juga apa-apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan yang mengikutinya, orang yang berilmu, atau orang yang mencari ilmu.” HR Ibnu Majah. Sanad hadits ini hasan Riwayat lain menyebutkan “Kecuali hal-hal yang dipergunakan untuk mencari ridla Allah.” Artinya, dunia dan isinya hanya akan menjauhkan manusia dari Allah, kecualii ilmu yang bermanfaat yang dapat membimbing manusia untuk mengenal, mendekat, dan mengingat Allah. 4. Dunia itu sepele, jangan sampai tertipu. Orang-orang yang zuhud terhadap dunia, akan semakin bertambah kezuhudannya, manakala membaca firman-firman Allah swt. dan hadits-hadits Rasulullah saw. Ia akan mendapatkan bahwa dunia hanyalah sesuatu yang tidak berharga. Karenanya, ia tidak akan tertipu dengan dunia. Firman Allah, “tetapi kamu [orang-orang] kafir memilih kehidupan dunia. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” al-A’laa 16-17 “Katakanlah Kesenangan dunia hanya sebentar. Sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.” an-Nisaa’ 77 “Maka janganlah sekali-sekali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan [pula] penipu [setan] memperdayakanmu dalam [menaati] Allah.” Lukman 33 “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia ini [dibandingkan dengan] akhirat, hanyalah kesenangan [yang sedikit].” ar-Ra’d 26 Jabir bin Abdullah ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. lewat di sebuah pasar. Sementara orang-orang sibuk dengan urusan dunia. Ketika melihat bangkai seekor anak kambing congek, beliau mengambilnya dan bertanya, “Siapa di antara kalian yang mau membeli ini satu dirham?” Mereka menjawab “Kami tidak mau. Kami apakan bangkai itu?” Beliau bertanya, “Bagaimana, kalau ini kalian miliki secara gratis?” Mereka menjawab “Demi Allah, seandainya ia masih hidup, kami tidak tertarik karean kambing itu kambing congek. Apalagi sudah menjadi bangkai.” Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah, sungguh dunia ini leibih rendah derajatnya daripada bangkai ini, di sisi Allah.” HR Muslim Al-Mustaurid al-Fihri berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah dunia, jika dibandingkan dengan akhirat, melainkan semupama salah seorang di antara kamu memasukkan ujung jarinya ke lautan, maka lihatlah air yang menempel di ujung jari.” HR Muslim 5. Cercaan terhadap dunia tidak ditujukan kepada waktu atau tempat. Cercaan itu disebutkan dalam al-Qur’an maupun hadits, bukan tertuju pada masa, yaiti siang dan malam yang saling bergantian hingga hari kiamat. Karena Allah menjadikan keduanya bergantian untuk memberi kesempatan bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan mau bersyukur. Cercaan tersebut juga bukan tertuju pada tempat, yaitu bumi yang telah dijadikan Allah sebagai tempat berpijak. Bukan pula pada tumbuhan dan makhluk-makhluk yang diciptakan Allah sebagai nikmat bagi hamba-hamba-Nya. Bagaimanapun kenikmatan tersebut telah diberikan Allah kepada kita, untuk dimanfaatkan. Bahkan segala kenikmatan yang ada adalah bukti bahwa Allah itu ada dan Mahakuasa. Akan tetapi cercaan tersebut pada dasarnya adalah cercaan terhadap sikap dan perilaku di dunia. Karena sering kali manusia menyalahi ajaran para Rasul, dan melakukan hal-hal yang menimbulkan mudlarat. Firman Allah, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudina tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning.” al-Hadid 20 Ibnu Rajab al-Hambali membagi manusia dalam dua golongan 1. Pertama, golongan yang mengingkari kehidupan setelah mati. Mereka tidak mempercayai semua amalannya di dunia akan mendapatkan balasan. Mereka inilah yang disebut dalam al-Qur’an “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan dunia, merasa tentaram dengan kehidupan ini, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Tempat mereka adalah neraka, sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat.” Yunus 7 Mereka hanya mengejar kesenangan dunia, sebelum ajal menjemput mereka. Allah berfirman “Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang [di dunia] dan makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” Muhammad 12 Di antara mereka, ada yang menyerukan untuk berlaku zuhud. Mereka berfikir, bahwa banyaknya urusan dunia hanya akan menambah pusing, bahkan manakala hati semakin cinta dunia maka ia akan semakin merasa pedih saat berpisah dengan dunia. 2. Kedua, golongan yang mempercayai adanya kehidupan setelah mati. Mereka meyakini bahwa semua perbuatan di dunia akan mendapatkan balasan. Mereka inilah pengikut para rasul. Golongan ini terbagi menjadi tiga kelompok a. Dhalim terhadap dirinya b. Pertengahan c. Senantiasa berlomba dalam kebaikan. Kelompok yang paling banyak adalah kelompk pertama. mereka ini terbuai dengan kesenangan dunia. Bahkan dunia menjadi tujuan utamanya. Mereka tidak menyadari bahwa kenikmatan dunia hanyalah menopang untuk mengumpulkan bekal menuju akhirat, meskipun mereka mengklaim beriman terhadap akhirat. Sedangkan kelompok kedua adalah orang-orang yang memahami hakekat kehidupan dunia, namun masih terlampau berlebihan dalam mereguk kenikmatan yang dibolehkan. Meskipun tindakan itu tidak berdosa, namun akan mengurangi derajatnya di sisi Allah swt. Ibnu Umar ra. pernah berkata, “Setiap kali seseorang mendapatkan dunia, niscaya derajatnya di sisi Allah berkurang, meskipun ia orang yang dermawan.” Qatadah bin Nu’man ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menjauhkan orang tersebut dari dunia, seperti kalian menjauhkan orang sakit dari makanan dan minuman yang membahayakan. HR Tirmidzi Abdullah bin Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin, dan surga bagi orang kafir.” HR Muslim Adapun kelompok ketiga adalah kelompok yang paling sedikit. Mereka inilah yang betul-betul memahami hakekat kehidupan dunia dan mengimplementasikan pemahaman mereka dalam kehidupan nyata. Mereka memahami bahwa dunia hanyalah ujian bagi manusia, agar dapat diketahui siapa yang paling baik amalnya. Mereka juga memahami semua kenikmatan dunia tidaklah kekal. Firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan [pula] apa yang di atasnya menjadi rata lagi tandus.” al-Kahfi 8 Karena itu mereka mengambil segala kenikmatan dunia hanyalah sekedarnya. Atau diibaratkan dalam sebuah hadits, seperti sekadar melepas lelah. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, “Aku tidak ada urusan dengan dunia. Perumpamaanku dengan dunia, ibarat seorang musafir yang bernaung di bawah pohon, setelah itu ia melanjutkan perjalanan.” Di antara mereka ada yang mengambil kenikmatan dunia hanya sekadar untuk menyambung hidup. Gaya hidup seperti inilah yang sering ditempuh mereka yang juhud. Di antara mereka ada yang mengambil kenikmatan dunia hanya sekedar yang mereka butuhkan, agar kuat dalam melakukan ibadah kepada Allah. Rasulullah bersabda, “Aku dikaruniai rasa suka kepada wanita dan wewangian.” HR Ahmad dan Nasa’i Aisyah ra. berkata, “Rasulullah saw. sukan kepada wanita, wewangian dan makanan. Ia mendapatkan wanita dan wewangian. Sedangkan makanan beliau tidak mendapatkannya.” HR Ahmad beliau juga bersabda, “Dunia adalah sebaik-baik tempat bagi orang yang menjadikannya bekal untuk akhirat demi mencari ridla Tuhannya. Dan dunia adalah seburuk-buruk tempat bagi orang yang terlena dengannya sehingga tercampak di akhirat dan tidak mendapatkan ridla Allah.” al-Hakim 6. Cara mendapatkan kecintaan Allah. Kita bisa mendapatkan mahabbatullah [cinta Allah] dengan bersikap zuhud terhadap dunia, karena Allah mencintai orang yang menaati-Nya. Dengan zuhud terhadap dunia, berarti kita hanya mengisi ruang hati kita dengan kecintaan kita kepada Allah, maka Allah pun akan mencintai kita. Lain halnya dengan orang yang mencintai dunia. Ruang hatinya akan terisi kecintaan dunia, hingga tidak mungkin menyatu dengan kecintaan Allah. Karena itu dalam riwayat Rasulullah saw. bersabda, “Cinta dunia adalah pangkal segala dosa.” Allah adalah Dzat yang tiada sekutu bagi-Nya. Karenanya, Dia tidak suka jika ada yang menempati hati hamba-Nya selain Dia. Andaikan tetap dipaksakan maka orang tersebut telah menyekutukan Allah di dalam hatinya dengan kecintaan terhadap dunia. Cinta dunia yang dilarang adalah cinta dunia yang membuatnya lupa kepada Allah. Sedangkan cinta dunia yang dimaksud untuk kebaikan dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, maka hal tersebut sangatlah baik. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik harta yang baik adalah hartanya laki-laki yang baik [shalih]. Harta tersebut digunakan untuk menyambung silaturahim dan untuk melakukan kebaikan.” HR Ahmad 7. Cara mendapatkan kasih sayang sesama manusia Hadits di atas mengajarkan kepada kita bagaimana mendapatkan kasih sayang dari sesama manusia. Yaitu dengan zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ketika kita membiarkan mereka dengan apa yang mereka senangi, maka mereka akan suka kepada kita. Sebaliknya, jika kita menginginkan apa yang mereka senangi, mereka akan membenci kita. Hasan al-Bashri berkata, “Seseorang akan tetap disenangi sesama manusia selama ia tidak tamak terhadap apa-apa yang mereka miliki. Karena jika ia tamak, maka mereka akan membencinya.” Seorang Badui bertanya kepada penduduk Bashrah, “Siapakah pemimpin kalian?” Mereka menjawab, “Hasan al-Bashri.” Ia bertanya, “Dengan apa ia menjadi pemimpin kalian?” Mereka menjawab, “Orang-orang membutuhkan ilmunya, sedangkan ia tidak memerlukan dunia yang mereka miliki.” Ia berkata, “Alangkah baiknya orang ini.” Etika seperti itu perlu sekali dimiliki oleh para pemimpin dan ulama. Ketika pemimpin bersikap zuhud, rakyat akan menyukai dan mengikuti aturannya. Demikian juga ulama, jika mereka zuhud, umat akan menghormati ucapannya dan akan mematuhi nasehatnya. Ibnu Salam pernah bertanya kepada Ka’ab ra. di hadapan Umar ra., “Apa yang menjadikan ilmu itu cepat hilang, padahal sebelumnya telah dihafal dan dijaga?” Ka’ab ra. menjawab, “Tamak, perangai buruk, dan meminta-minta.” Ibnu Salam berkata, “Benar.” 8. Zuhudnya Rasulullah dan para shahabatnya Jika kita ingin mengetahui contoh keteladanan dalam masalah zuhud, maka kita akan mendapatkanya pada diri Rasulullah saw. baik ucapannya maupun perbuatannya. Bagaimanapun ucapan dan perbuatan Rasulullah saw. adalah hasil didikan Allah swt. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu dari kepada mereka apa-apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” ThaaHaa 131 Selama hidupnya, sebelum dan sesudah hijrah, dalam keadaan senang maupun susah, Rasulullah saw. senantiasa bersikap zuhud terhadap segala kenikmatan dunia, mengejar kepentingan akhirat dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Sikap ini kemudian ditiru oleh para shahabat ra. Mereka kemudian menjadi orang-orang yang patut menjadi teladan bagi orang-orang yang berusaha bersikap zuhud. Suatu saat Ibnu Umar mendengar seseorang yang bertanya, “Dimana orang-orang yang zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat?” lalu Ibnu Umar menunjukkan Kuburan Rasulullah saw., Abu Bakar, dan Umar, seraya berkata, “Mereka yang kamu tanyakan?” Ibnu Mas’ud ra. pernah berkata kepada teman-temannya, “Shalat, puasa dan jihad kalian, lebih banyak dari yang dilakukan oleh para shahabat ra. Akan tetapi kebaikan mereka lebih banyak daripada kalian.” Mereka bertanya, “Bagaimana bisa terjadi?” Ia menjawab, “Mereka lebih zuhud dari pada kalian. Mereka mendapatkan banyak harta dunia, akan tetapi harta itu mereka belanjakan untuk perjuangan Islam.” Abu Sulaiman pernah berkata, “Utsman ra. dan Abdurrahman bin Auf ra. adalah gudang harta. Keduanya membelanjakan harta itu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Semua tingkah lakunya dilakukan sepenuh hati dan didasari pengetahuan yang luas.” 9. Zuhud yang tidak benar. Zuhud yang benar adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Adapun zuhud yang tidak benar adalah menolak semua jenis kenikmatan dunia dan tidak mau merasakannya sedikitpun. Zuhud dengan pengertian seperti ini dianut oleh sebagian umat Islam pada masa pemerintahan Abasiyah mulai melemah. Mereka mengenakan baju compang-camping dan tidak mau bekerja. Hidup mereka adalah hanya menggantungkan dari shadaqah orang lain. Dengan kondisi seperti ini, mereka mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang zuhud. Padahal Islam sama sekali tidak menghendaki perilaku hina yang membawa kehancuran tersebut. Umat Islam dewasa ini telah bisa menjauhi pemikiran seperti ini, mereka berusaha dan berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dunia yang halal. Bahkan ada kekhawatiran, berkibat lupa akan akhirat. Karenanya kita harus selalu berusaha mencari sarana yang dapat mengingatkan kita kepada Allah, dan membawa kita kepada sikap zuhud, agar kita selamat dari godaan setan dan tidak terlena dengan dunia. & Tag31, agama, al-wafi, arbain, bahasa indonesia, hadist arbain, hadits, hujjah, Imam Nawawi, islam, reliqion, riwayat, tafsir hadits, zuhud
Itulahyang oleh banyak ulama dijelaskan sebagai definisi "meninggalkan dunia" dalam hadits arbain nawawi 31 ini. Sedangkan yang dimaksud dengan meninggalkan yang dimiliki orang-orang agar orang-orang mencintai anda adalah lebih kepada sedekah. Pada dasarnya manusia selalu menyukai uang, harta benda dan hal yang berbau keduniawian.
Sebelumnya Hadits Arba’in Nawawiyah 21-30 الحــديث الحادي والثلاثون HADITS KETIGAPULUH SATU Anjuran zuhud عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ . [حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة] Kosa kata / مفردات دلـني Tunjukkan أحبـني Mencintai-kukepadaku ازهد Bersikap zuhud-lahTerjemah hadits / ترجمة الحديثDari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam, maka beliau berkata Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan .Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث1. Menuntut kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya keter-gantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya .2. Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap iffah dari perbuatan haram dan hati-hati terhadap Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat hadits / موضوعات الحديث 1. Zuhud 18 45-46, 29 64, 102 1-52. Menghindari penyakit hasad dengki الحـديث الثاني والثلاثون HADITS KETIGAPULUH DUA Tidak boleh berbuat kerusakan atau bahaya عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ [حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً] Kosa kata / مفردات ضرر membahayakan diri ضرار menimbulkan bahaya terhadap orang lainTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda “ Tidak boleh melakukan perbuatanmudharat yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain “Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan snad yang bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulul-lah saw, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain.Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث1. Larangan melakukan sesuatau yang termasuk sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang berbahaya seperti rokok, mengendarai kendaraan dengan ceroboh الْحَدِيث الثالث والثلاثون HADITS KETIGA PULUH TIGA Penuduh wajib bawa bukti dan tertuduh cukup bersumpah عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ . [حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا، وبعضه في الصحيحين] Kosa kata / مفردات يُعطَى Diberikan ادعى Menuduhالبيِّنة Bukti المدعي Orang yang menuduhاليمين Sumpah انكر MengingkariTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, sesungguhnya Rasulullah saw Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan mengadukan harta suatu kaum dan darah mereka, karena itu agar tidak terjadi hal tersebut maka bagi pendakwa agar mendatangkn bukti dan sumpah bagi yang mengingkarinya“ .Hadits hasan riwayat Baihaqi dan lainnya yang sebagiannya terdapat dalam As ShahihainPelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث 1. Seorang hakim harus meminta dari kedua orang yang bersengketa sesuatu yang dapat menguatkan pengakuan Seorang hakim tidak boleh memutuskan sebuah perkara dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang Pada dasarnya seseorang bebas dari tuduhan hingga terbukti perbuatan Seorang hakim harus berusaha keras untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dan menjelaskan hukumnya berdasarkan apa yang tampak Bersumpah hanya diperbolehkan atas nama hadits / موضوعات الحديث 1. Hukum harus ditegakkan 4 65, 24 512. Penegakkan hukum harus berdasarkan prinsip yang jelas 24 4, 24 23 الحديث الرابع والثلاثون HADITS KETIGA PULUH EMPAT Kewajiban mengingkari /memberantas kemungkaran عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ [رواه مسلم] Kosa kata / مفردات يغَيـِّر Merubah أضعف Yang paling lemahTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata Saya mendengar Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka tolaklah dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. Riwayat MuslimPelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث 1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan hadits / موضوعات الحديث 1. Keutamaan mengatasi kemunkaran 5 78, 7 1652. Realisasi iman 2 278, 3 139, 5 23,3. Tingkatan iman 8 2 الحـديث الخامس والثلاثون HADITS KETIGAPULUH LIMA Haramnya sifat dengki dan mencari kesalahan orang lain عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ [رواه مسلم] Kosa kata / مفردات تحاسدوا kalian saling dengki تناجشوا kalian saling menipuتباغضوا kalian saling membenci تدابروا kalian saling memu-tuskan hubunganيبع يبيع menjual يخذلــه Merendahkan-nyaيحقره Menghina-nya صدره dada nyaبحسب CukupTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. . Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, dia tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim . Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya “ Riwayat MuslimPelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث 1. Larangan untuk saling dengki .2. Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya karena Allah ta’ Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga didalamnya terdapat urusan akhlak dan Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah ta’ Taqwa merupakan barometer keutamaan dan timbangan Islam memerangi semua akhlak tercela karena hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat hadits / موضوعات الحديث 1. Menciptakan pergaulan yang baik dan harmonis 49 102. Realisasi ukhuwah Islamiyah 9 713. Barometer kehidupan; Taqwa 49 134. Dihormatinya hak dan martabat seorang muslim 5 32, 22 30 الحديث السادس والثلاثون HADITS KETIGAPULUH ENAM Sesama muslim wajib saling membantu عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ . Kosa kata / مفردات نفَّس Meringankan ataumenghilangkan كربة كرب Cobaan beratمُعْسِر Orang yang kesulitanيسَّرَ Memudahkan عون Pertolonganستَرَ Menutupiسلك Menempuhاجتمع Berkumpulالسكينة Ketenangan سهّل Memudahkanيتدارسونــه Mereka salingmempelajari-nyaغشيتـهم Liputi, curahkanحفتـهم mengelilingi mereka kepada merekaيسرع Segera بطأ LambatTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah saw bersabda Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi aib seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث 1. Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari yang sangat sulit Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis Berbuat baik kepada makhluk merupan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ Membenarkan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas didalamnya agar tidak menggugurkan pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya Memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji hadits / موضوعات الحديث 1. Menumbuhkan kepekaan sosial 107 1-7, 70 242. Menjaga nama baik seseorang 49 113. Menumbuhkan tradisi ilmiah 96 1, 170 Berinteraksi terhadap Al Quran 73 4, 47 24, 33 36 الحديث السابع والثلاثون Hadits ketigapuluh tujuh Pahala kebaikan dilipatgandakan Allah عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً “ [رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف] Kosa kata / مفردات بيَّـن Menjelaskan همَّ Menjelaskanضعف أضعاف Kelipatan سئية KeburukanTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah saw sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.Riwayat Bukhori dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini. Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan hadits / موضوعات الحديث Anjuran berlomba-lomba untuk kebaikan 2 148, 23 61 الحديث الثامن والثلاثون Hadits Ketigapuluh delapan Keutamaan melaksanakan sunnah عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ [رواه البخاري] Kosa kata / مفردات عادى Memusuhi آذنـتــه Aku izinkan,تقرب Mendekatkan diri, beribadah umumkan kepadanyaالنوافل jamak dari نافلة perkara- افترضـتــه Aku wajibkanperkara sunnah padanyaاستعاذني Minta perlindungan يبطش Memukul, menampar.kepada-Ku أعيذنــه Aku lindungi diaTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata Rasulullah saw bersabda Sesungguhya Allah ta’ala berfirman Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat yang dapat diambil dari hadits/الفوائد من الحديث1. Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala .3. Siapa yang kontinyu melaksanakan sunnah dan menghindar dari perbuatan maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala .4. Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka dia akan mengabulkan hadits / موضوعات الحديث 1. Pemahaman yang benar tentang wali 10 62-642. Keutamaan ibadah nawafil sunnah 35 323. Kekuatan dari Allah 22 40, 18 39, الحديث التاسع والثلاثون HADITS KETIGAPULUH SEMBILAN Tidak sengaja atau lupa dimaafkan عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما] Kosa kata / مفردات تجاوز Melewatkan, memaafkan النسيان Lupaاستكرهوا Mereka dipaksaTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku disebabkan beberapa hal Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa “Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnyaPelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث1. Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan dan Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela .3. Manfaat adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang Ada beberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut. Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab hadits / موضوعات الحديث 1. Toleransi hukum Islam 22 78, 2 1962. Manusiawi dalam penerapan hukum 64 16 الحديث الأربعون Hadits Keempat Puluh Hidup bagaikan pengembara عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ . [رواه البخاري] Kosa kata / مفردات غريب Orang asing عابر سبيل Pengembaraأمسيــت engkau berada di sore hari أصبحــت Engkau berada di pagi kedua pundak kuTerjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata Rasulullah saw memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk persiapan saat sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ Riwayat BukhoriPelajaran 1. Bersegera mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang Menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya berlalu .3. Zuhud di dunia berarti tidak bergantung kepadanya hingga mengabaikan ibadah kepada Allah ta’ala untuk kehidupan Hati-hati dan khawatir dari azab Allah adalah sikap seorang musafir yang bersungguh-sungguh dan hati –hati agar tidak Waspada dari teman yang buruk hingga tidak terhalang dari Pekerjaan dunia dituntut untuk menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang muslim hendaknya menggunakan semua itu untuk tujuan Bersungguh-sungguh menjaga waktu dan mempersiapkan diri untuk kematian dan bersegera bertaubat dan beramal Rasulullah memegang kedua pundak Abdullah bin Umar, adalah agar beliau memperhatikan apa yang akan beliau sampaikan. Menunjukkan bahwa seorang pelajar harus diajarkan tentang perhatian gurunya kepadanya dan kesungguhannya untuk menyampaikan ilmu kedalam jiwanya. Hal ini dapat menyebabkan masuknya ilmu, sebagaimana hal itu juga menunjukkan kecintaan Rasulullah kepada Abdullah bin Umar, karena hal tersebut pada umumnya dilakukan oleh seseorang kepada siapa yang hadits / موضوعات الحديث 1. Hakikat kehidupan 3 185, 10 242. Optimalisasi setiap kesempatan 103 1-3, 94 7. الحديث الحادي والأربعون Hadits ke Empat puluh satu Menundukkan hawa nafsu عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ [حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ] Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Ash radhiallahuanhuma dia berkata Rasulullah saw bersabda Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.Hadits ini tergolong dho’if. Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syekh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab الحديث الثاني والأربعون HADITS KEEMPATPULUH DUA Dosa selain Syirik akan diampuni عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ] Kosa kata / مفردات دعوتـني engkau berdoa, memohon kepada-Ku رجوتـني engkau mengharap kepada-Kuأبالي aku pedulikan عنان awan yang dimaksud adalah banyaknyaقراب Sepenuh خطايا bentuk jamak dari خطأ kesalahanأَتَيْـتَـنِي engkau mendatangi-Ku لَقِيْـتَـنِي engkau menemui-KuTerjemah Hadits / ترجمة الحديث Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata Saya mendengar Rasulullah saw bersabda Allah ta’ala berfirman Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli berapapun banyaknya dan besarnya dosamu. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu sebanyak awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “Riwayat Turmuzi dan dia berkata haditsnya hasan shaheh.Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث1. Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk Maaf Allah dan ampunannya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan Berbaik sangka kepada Allah ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak hadits / موضوعات الحديث 1. Kemurahan Allah ta’ala 23 118, 6 133, 7 562. Tidak putus asa untuk bertaubat 39 53, 5 74, 3 135 -Selesai-
ArbainNawawi hadits ke 31 (Ust. Mukhlis Abu Dzar) Dari Abu Abbas Sahl bin Sa'ad Assa'idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah ﷺ , maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: "Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah
By Selasa, 15 Juni 2021 pukul 127 pmTerakhir diperbaharui Jumat, 18 Juni 2021 pukul 111 pmTautan Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 1 Ramadhan 1442 H / 13 April 2021 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain 30 – Allah Telah Menetapkan Kewajiban-Kewajiban Kajian Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ؟ فَقَالَ اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi Radhiyallahu Anhu, beliau mengatakan, “Seseorang pria telah datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan dia mengatakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, tunjukkanlah saya kepada satu amal yang kalau saya mengamalkannya maka Allah akan mencintai saya dan orang-orang akan mencintai saya.’ Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Zuhudlah dalam dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah pada apa-apa yang dimiliki oleh manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.’” Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad hasan Perbincangan dari sahabat ini menunjukkan semangat mereka untuk meraih kebaikan. Kebaikan yang terkait dalam hadits ini adalah mendapatkan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala dan cinta dari manusia. Ini adalah cita-cita yang sangat mulia. Kalau kedua cinta ini bisa kita kumpulkan, maka itulah yang terbaik. Tapi kalau seandainya tidak bisa dikumpulkan, kalau kita mengejar cinta Allah kita harus dibenci manusia, maka kita tahu sikap apa yang harus kita lakukan, yaitu mendahulukan cinta Allah diatas cinta manusia. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الِلَّهِ عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ “Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan menjadikan manusia ridha kepada dia. وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ النَّاسَ عَلَيْهِ “Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengorbankan ridha Allah, maka Allah akan murka padanya dan Allah akan menjadikan manusia murka kepadanya suatu saat.” HR. Ibnu Hibban Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini. Download mp3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain 31 – Anjuran Untuk Menjadi Orang Zuhud” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook
HaditsArbain Nawawi Ke 31: Keutamaan ZuhudSerial terbaru Yufid TV kali ini membahas kitab hadits arbain Nawawi lengkap dengan terjemahan yang InsyaAllah ber
Bahaya adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kecelakaan, seperti bencana, kesengsaraan, kerugian, dan sejenisnya. Sementara membahayakan, adalah kata kerja untuk sebuah tindakan yang mengancam keselamatan, atau mendatangkan bahaya kepada sesuatu atau orang lain. Demikian pemaknaan kata bahaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Nah, apa pentingnya membahas makna kata di atas? Ini berkaitan dengan apa yang akan dibahas dalam Syarah Hadits Arbain ke-31 dalam Kitab An-Nawawi. Hadits dimaksud yakni عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ»حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا. Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” Hadits hasan riwayat Ibnu Majah, Ad-Daraquthni dan yang lain. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi hadits ini memiliki jalur-jalur yang saling menguatkan Dharar adalah bahaya. Makna kata dharar dan dhirar di kalangan para ulama berbeda-beda. Karena itu, terjemahan dari sabda Nabi SAW “Laa dharar walaa dhiraar” bisa berbeda di antara para ulama. Selain makna terjemahan hadits di atas, ada juga yang memaknai, yakni Tidak boleh membahayakan orang lain dan tidak boleh membalas bahaya orang lain melebihi bahaya yang diberikannya. Syarah Hadits Arbain An-Nawawi yang diterbitkan oleh Darul Haq Ḍharar dan ḍhirar bermakna sama. Bedanya, hanya pada penekanan kata. Artuinya, tidak boleh sama sekali memberi dan mendatangkan mudarat bahaya bagi diri dan orang lain. Al-Tamhīd 20/157 Ḍharar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain sedangkan ḍirar berarti membalas mudarat orang lain dengan mudarat tidak sesuai syariat. Al-Wāfi hal. 240 Ḍharar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain yang menguntungkan diri sendiri sedangkan ḍiraar berarti mendatangkan mudarat bagi orang lain tanpa menguntungkan dirinya sendiri. Al-Ḥulal al-Bahiyah hal. 257 Ḍharar berarti tidak sengaja mendatangkan mudarat sedangkan ḍirar bermakna sengaja mendatangkan mudarat. Al-Ḥulal al-Bahiyah Dalam Syarah Hadits Arbain An-Nawawi yang diterbitkan oleh Darul Haq, yakni Laa Dharar artinya, seseorang tidak boleh membahayakan orang lain sehingga mengurangi suatu dari haknya. Walaa Dhiraar artinya, tidak boleh membalas bahaya kepada saudaranya, sedangkan ia tidak mengalami kerugian. Tidak boleh pula membalasanya dengan yang lebih banyak daripada bahaya yang dideritanya. Imam An-Nawawi berkata Laa Dharar artinya, tidak boleh salah seorang dari kalian membahayakan yang lainnya dengan tanpa hak, dan tidak boleh pula memulai kejahatan kepadanya. Walaa Dhiraar artinya, jangan membalas bahaya siapa yang membahayakanmu. Jika seseorang mencaci makimu, janganlah kamu balik mencacinya. Jika ia memukulmu, janganlah kamu memukulnya. Tetapi tuntutlah hakmu darinya kepada hakim dengan tanpa membalas terlebih dulu. Jika dua orang saling mencaci maki atau saling menuduh, maka tidak berlaku tuntut balas. Tetapi masing-masing berhak menuntut haknya di depan hakim. Imam Ibnu Daqiq berkata, ketahuilah bahwa siapa yang menimpakan bahaya kepada saudaranya, maka dia telah berbuat zalim kepadanya, dan kezaliman adalah haram. Hal ini dijelaskan dalam Hadits Arbain ke-24 sebelumnya, yakni Baca Juga Hadits Arbain 24 Janganlah Kalian Saling Menzalimi Dari Abu Dzar Al-Ghifary ra, dari Nabi SAW, dalam hadits qudsi yang beliau SAW riwayatkan dari Rabb-nya, bahwasanya Dia subhanahu wa ta’ala berfirman “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Akupun jadikan kezaliman itu di antara kalian sebagai sesuatu yang haram. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” HR. Muslim, no 2577 Imam Ibnu Daqiq mengatakan, kata dharar dan dhiraar keduanya adalah dua kata dengan satu makna. Keduanya disebutkan untuk saling menguatkan. Sementara Syekh Ibnu Utsaimin mengatakan, kata laa dharar artinya membahayakan itu dinafikan secara syar’i. Laa dharar adalah terjadi dengan tanpa disengaja. Sementara laa dhiraara adalah terjadi dengan disengaja. Intinya, Nabi SAW menafikan keduanya, disengaja atau tidak. Namun, laa dhiraar bahaya yang disengaja lebih berbahaya dibandingkan dengan laa dharar bahaya yang tak disengaja. Intinya, semua bentuk bahaya dilarang dalam Islam. Hadits ini melarang kita untuk melakukan dharar dan dhirar tanpa hak. Kita dilarang memulai membahayakan orang lain tanpa hak atau membahayakan orang lain dalam rangka membalas tapi tanpa hak. Jadi, semua bahaya yang tidak hak, maka itu semua dilarang oleh hadits yang agung ini. Adapun membahayakan yang hak, yaitu dalam rangka menegakkan syariat Islam, dharar dalam rangka menegakkan hukum Allah seperti qishash atau mencambuk orang yang berzina, merajam orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah, atau yang semacam itu, maka itu semuanya adalah dharar yang diperbolehkan dan dia dikecualikan dari hadits ini. Aza
KaliAqsol madinah akan membahas tentang zuhud berdasarkan pada hadits arbain yang ke 31. Jadi sebenarnya apa sih zuhud itu? Silakan simak videonya atau baca
Quran Online Sign in Welcome! Log into your account Password recovery Recover your password A password will be e-mailed to you. TENTANG KAMI KIRIM PERTANYAAN TAKLIM HADIS RUTIN INSIDENTAL KATEGORI JAWABAN PERTANYAAN MAKLUMAT AL-SUNAN AL-HAULIYYAH BIOGRAFI ULAMA HADIS FIKIH HADIS HADIS DAIF DAN PALSU HADIS PERMISALAN HADIS PENGAGUNGAN AL-QUR’AN HADIS JUMAT HADIS QUDSI ILMU RIJAL ILMU HADIS MUSTHALAH HADIS TADWIN SUNAH MUTIARA FAEDAH KITAB ADAB SAHIH BUKHARI MUTIARA FAEDAH KITAB PERMULAAN WAHYU SAHIH BUKHARI SERIAL MENGENAL KITAB-KITAB HADIS MAKANAH AS-SUNNAH SYARAH HADIS SERIAL SYARAH HADIS PILIHAN SYARAH HADIS ARBAIN NAWAWI SYARAH MUDAH MATAN AL-BAIQUNIY SERIAL SYARAH HADIS RAMADAN SYARAH KITAB AL-MUHARRAR SYARAH KITAB UMDAH AL-AHKĀM VIDEO VIDEO KONSULTASI HADIS VIDEO WEBINAR HADIS VIDEO HADIS PILIHAN VIDEO HADIS JUMAT VIDEO HADIS SAHIH VS HADIS DAIF VIDEO HADIS PERMISALAN VIDEO HADIS WANITA VIDEO HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI VIDEO HADIS SILSILAH TAKLIM LUGHAH ARABIYAH VIDEO QAWAID NABAWIYAH VIDEO ARBAIN NAWAWI VIDEO AL-MUHARRAR VIDEO AL-LU’LU’ WAL MARJAN VIDEO AL-ADAB AL-MUFRAD VIDEO KITAB 78 ADAB SAHIH BUKHARI VIDEO KITAB 96 ITISHAM SAHIH BUKHARI VIDEO KITAB 43 AL-FADHAIL SHAHIH MUSLIM VIDEO KITAB 44 FADHAIL AS-SHAHABAH SHAHIH MUSLIM VIDEO RIYADHUS SHALIHIN VIDEO KITABUL JAMI’ VIDEO SYAMAIL MUHAMMADIYAH VIDEO TSULATSYAT NABAWIYAH VIDEO UMDATUL AHKAM VIDEO HISNUL MUSLIM VIDEO SUNAN YAUMIYYAH VIDEO MAALIMUS SUNNAH VIDEO MENGENAL RASULULLAH ﷺ VIDEO AL-SUNAN AL-HAULIYAH EBOOK Home SYARAH HADIS HADIS KE-31 AL-ARBA’IN CARA MERAIH CINTA ALLAH DAN CINTA MANUSIA
. 88 111 178 109 496 493 321 354
hadits arbain ke 31